Pariwisatamerupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari tempat tinggal awal ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang maupun libur dan dan bisa saja menghabiskan uang yang terlalu banyak. 4). Menurut Kodhyat (1998)
wisatawandan pariwisata sebab motivasi merupakan pemicu dari proses perjalanan wisata, walaupun motivasi ini tidak didasari secara utuh karena wisatawan itu sendiri. Gary dalam Zhang (2006) mengemukakan bahwa ada dua keinginan dalam melakukan perjalanan motivasi wisatawan yaitu Keinginan untuk mengetahui daerah lain, mengunjungi bangunan-
ďťżMOTIVASISebelum seseorang melakukan perjalanan wisata, pastinya mereka digerakkan oleh motif untuk melakukan wisata. Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan "trigger" dari proses perjalanan wisata.
McIntosh Goeldner dan Ritchie (1999) menjabarkan motivasi berwisata ke dalam empat kelompok besar yaitu: (1) motivasi fisik, bertujuan untuk relaksasi, olahraga, dan penyegaran fisik; (2) motivasi budaya, keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain termasuk juga ketertarikan akan
Vay Tiáťn Nhanh Ggads. Berbagai pola perjalanan, sebagaimana dibahas di bab sebelumnya, menunjukkan adanya berbagai perbedaan motivasi di dalamnya. Awal perjalanan manusia lebih didasarkan pada motivasi untuk mempertahankan hidupnya dan kemudian berkembang menjadi motivasi untuk melepaskan diri dari kejenuhan kota seperti terjadi waktu zaman Romawi. Motivasi untuk melakukan perjalanan kemudian berkembang dengan tujuan untuk interaksi sosial, perjalanan ziarah, perdagangan, kesenangan, dan pengembangan diri. Di sini terlihat bahwa motivasi untuk melakukan suatu perjalanan tersebut juga akan selalu berubah, sehingga akan selalu terjadi pengembangan teori atas pengertian motivasi itu sering diartikan sebagai âthe process used to allocate energy to maximize the satisfactionâ, atau sebuah energi yang mendorong seseorang untuk mencapai secara lebih spesifik, motivasi berwisata didefinisikan sebagai âthe global integrating network of biological and cultural forces which gives value and dirrection to travel choices, behaviour and sxperiencesâ. Ada dua hal utama yang dapat kita pahami dari pengertian-pengertian di atas. Pertama, motivasi timbul sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keinginan seseorang; dan kedua, motivasi akan menyebabkan terjadinya sebuah perjalanan wisata ketika seseorang menemukan menentukan tujuan ke mana ia harus memenuhi kebutuhan dan keinginannya tersebut. Hubungan antara kebutuhan, keinginan dan motivasi ini dapat dilihat pada Gambar. Suatu keinginan wants terjadi ketika ada kesadaran dari seseorang terhadap pemenuhan kebutuhannya needs. Misalnya, kebutuhan akan kasih sayang diterjemahkan dalam keinginan untuk mengunjungi keluarga ketika yang bersangkutan merasa sadar bahwa ia perlu menemui keluarganya tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Selanjutnya sesorang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya ketika ia telah menetapkan sebuah tujuan objectives yang ingin didapatkannya, misalnya menemui keluarganya di kota âAâ. Pada siklus berikutnya, tujuan tersebut akan menghasilkan kepuasan karena dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu kasih sayang. Penting diperhatikan di sini bahwa faktor pemasaran promosi sangat diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran yang dapat merubah kebutuhan menjadi sebuah keinginan. Gambar Kebutuhan, Keinginan, dan perencanaan pariwisata, pemahaman atas motivasi menjadi sangat penting karena ia merupakan faktor pendorong push factor untuk terjadinya sebuah perjalanan. Ia merupakan sebuah dorongan bagi seseorang untuk mencari objek-objek yang diminatinya, yang berbeda dengan lingkungan kehidupan dan lingkungan kerja sehari-harinya. Agar terwujud sebuah perjalanan, maka diperlukan fakor lain yang disebut sebagai faktor penarik full factor, yang merupakan rangsangan yang menyebabkan wisatawan tertarik untuk hadir, misalnya promosi sebuah destinasi. Sebagai faktor penarik, citra destinasi menjadi sangat penting, karena citra destinasi itu sendiri merupakan faktor utama untuk menarik kunjungan wisatawan. Jadi, ketika sebuah destinasi memiliki citra sebagai sebuah destinasi budaya, Jogja misalnya, maka segmen masyarakat tertentu yang tertarik dengan hal-hal bersifat kebudayaan akan lebih tergerak pergi ke Jogja untuk memenuhi keinginannya guna lebih âmengerti dan memahami budaya lokal Jogjaâ. Gambar di atas juga menunjukkan suatu hal bahwa untuk memahami motivasi diperlukan pemahaman terlebih dahulu atau kebutuhan dasar dan keinginan seseorang. Saat ini paling tidak ada 15 teori dan hasil penelitian atas kebutuhan dasar seseorang yang sebagian besarnya berbasis pada teori psikoanalisis dan humanistik. Namun, teori mengenai kebutuhan dasar motivasi yang paling populer adalah teori yang disampaikan oleh Maslow pada tahun 1943 dalam tulisannya âA theory of human motivationâ. Teori tersebut membedakan adanya lima tingkatan kebutuhan dasar pada diri manusia sebagaimana terlihat pada Gambar. Hal ini yang membedakan dengan teori lainnya yang hanya menyebutkan kebutuhan yang tunggal, misalnya teori yang dibangun oleh Sulivan yang hanya menunjuk kebutuhan untuk dapat diterima dan dicintai, atau teori Csikzentmihalyi yang hanya menunjuk pada kebutuhan untuk mendapatkan pengalaman. Menurut Maslow, kebutuhan dasar tersebut diawali dari kebutuhan biologis dan fisik, kebutuhan atas rasa aman, kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Kebutuhan biologis dan fisik menyangkut hal-hal berkenaan dengan kebutuhan dasar antara lain berupa udara, makan, minum, hunian, kehangatan, sex, dan tidur. Kebutuhan akan rasa aman antara lain berupa dilindungi, keamanan, kepastian, hukum, dan untuk dicintai antara lain berupa kebutuhan untuk berkeluarga, kasih sayang, hubungan dengan sesama, hubungan kerja, kebutuhan untuk dihargai antara lain berupa pencapaian prestasi, status, tanggung jawab, dan reputasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri antara lain berupa pengembangan diri. Teori Maslow sebagaimana terlihat pada Gambar di atas menunjukkan adanya dua kelompok kebutuhan dasar yang berbeda. Pertama adalah kelompok fisikal fisiologis, dan kedua adalah kelompok psikologikal keamanan, cinta, penghargaan dan aktualisasi diri.Di samping hal tersebut, ada kelompok intelektual yang dapat dicantumkan di dalamnya, yaitu terkait dengan kebutuhan untuk mengetahui serta mengerti, dan estetika. Atas dasar teori Maslow tersebut, Pearce kemudian membuat sebuah model yang disebutnya sebagai travel career ladder sebagaimana terlihat pada Gambar. Pearce menyusun kebutuhan berwisata ke dalam lima tahapan yang disusunnya, yaitu kebutuhan akan relaksasi, stimulasi, persahabatan, penghargaan, serta pengembangan, dan kepuasan. Disetarakan dengan teori Maslow, maka kebutuhan relaksasi dalam teori Pearce di atas merupakan representasi atas kebutuhan fisiologis, kebutuhan stimulasi pada kebutuhan akan keamanan, kebutuhan persahabatan pada kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan pada penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri, dan semua itu terjadi secara berurutan. Dan menurutnya, tahap awal harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang mencapai tahap berikutnya. Pandangan Pearce ini menunjukkan bahwa ada sebuah proses terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh seseorang menuju pada puncak tangga kepuasan diri. dalam berwisata, awalnya seseorang akan memerlukan kegiatan yang bersifat hiburan yang kemudian pada tahap akhir seseorang akan memerlukan kebutuhan akan sebuah pengakuan. Dua teori di atas lebih condong pada sebuah penilaian bahwa kebutuhan dasar tersebut tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jiwa individu. Namun, apakah benar bahwa kebutuhan dasara itu âharusâ selalu berjenjang. Tahap pertama harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum melangkah ke jenjang berikutnya ? Bila Maslow dan Pearce meyakini bahwa kebutuhan dasar akan tumbuh secara berjenjang, maka banyak pihak justru berpendapat sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa kebutuhan dasar manusia adalah sama, hanya tingkat prioritasnya untuk direalisasikan menjadi sebuah keinginan dan motivasi akan berbeda. Cuellar, antara lain menyebutkan bahwa waktu luang leisure, termasuk yang digunakan untuk berwisata, adalah kebutuhan primer yang melekat pada semua diri manusia secara individu dan komunitas yang dapat memperkuat ketahanan dan mampu menyegarkan jiwa kembali. Dengan demikian, konsep berwisata harus ada pada setiap jenjang kebutuhan dasar manusia dengan berbagai variasinya. Untuk memenuhi kebutuhan seseorang akan kepuasan diri, maka seseorang dapat saja melakukan perjalanan wisata religius tanpa harus secara berjenjang melakukan wisata relaksasi terlebih dahulu. Pemikiran bahwa berwisata merupakan kebutuhan primer manusia ini yang antara lain mendasari diterbitkannya deklarasi World Leisure yang berisi tentang pentingnya perhatian pada persoalan kesehatan dan pendidikan. Di sini diperlukan pula penekanan pada pentingnya kewajiban pemerintah untuk menjamin pemberian fasilitas terbaik bagi kegiatan di waktu luang dan rekreasi bagi warganya, pentingnya memberikan kesempatan lebih luas untuk mengembangkan hubungan antar manusia, pentingnya integrasi sosial, pentingnya pengembangan komunitas serta identitas budaya, dan pentingnya persahabatan internasional. Beberapa pandangan masyarakat barat, misalnya Dumazier, bahkan menyebutkan bahwa waktu luang dan liburan adalah konsep dari self-actualisation dan self-realisationâ, sehingga tidak diperlukan penjenjangan atas kebutuhannya. Perubahan sikap dari seseorang tentu saja juga akan secara otomatis merubah keinginan dan motivasi orang untuk berwisata. Walaupun terjadi perbedaan atas konsep kebutuhan dasar untuk berwisata, terutama dalam diskusi atas âberjenjang atau tidak berjenjangâ di atas, namun banyak diakui bahwa suatu kegiatan wisata juga merupakan sebuah proses dari pencarian dan pencerahan. Menurut Richard, perjalanan wisata adalah kebutuhan akan pengalaman dan penghayatan diri yang selanjutnya akan membentuk pola perjalanan wisata yang dihasilkannya. Diibaratkan dengan sebuah perjalanan kehidupan lainnya, semula memiliki sebuah sepeda adalah sebuah impian, yang kemudian impian itu akan berkembang menjadi keinginan untuk memiliki sepeda motor, mobil, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan perubahan keinginan seseorang. Di samping untuk menunjukkan statusnya, perubahan tuntutan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk kenikmatan, kepuasan, serta pengalaman baru. Dalam hal berwisata, pada awalnya kebutuhan akan pengalaman lebih berbasis pada kebutuhan pengalaman fisik, dan ini ditunjukkan oleh jenis kegiatan berwisata yang lebih berupa fisik, antara lain dalam bentuk mengunjungi pantai untuk sekedar berjemur dan mengunjungi objek wisata untuk sekedar berfoto. Setelah kembali dari perjalanannya, wisatawan jenis ini sudah sangat puas dapat menunjukkan hasil fisik perjalanannya yang dapat dilihat dari terbakarnya kulit mereka akibat berjemur di pantai, atau foto-foto bahwa mereka pernah ke sana. Inilah awal dari proses being ataupun proses aktualisasi diri yang mereka capai, yang lebih ditampakkan secara visual yang merupakan status simbol mereka bahwa mereka âpernahâ ke suatu tempat tertentu. Pada tahap berikutnya, status simbol tersebut akan bergeser ketidakpuasan baru muncul kembali. Setelah secara fisik mereka menikmati hasil berwisatanya, keinginan baru yang muncul adalah pengalaman. Wisatawan kemudian ingin menunjukkan statusnya dalam bentuk pemahaman terhadap suatu destinasi tidak saja dengan tujuan untuk membedakan dirinya dengan wisatawan lainnya, namun mereka juga ingin lebih memahami dan memaknai perjalanan wisatanya itu sendiri. Pada tahap selanjutnya, kebutuhan untuk mengetahui dan memahami saja dirasakan tidak cukup. Wisatawan menginginkan lebih dari itu, dan ini menghasilkan tuntutan baru untuk mendapatkan pengkayaan dari perjalanannya. Pengkayaan itu tidak hanya pada persoalan sekedar memahami nilai dan sejarah objek wisata yang ada, namun tuntutan baru adalah untuk lebih memahami faktor kehidupan manusia di destinasi yang dikunjunginya. Wisatawan kemudian menuntut untuk dapat menjadi bagian dari masyarakat lokal, mereka mempelajari adat istiadat, budaya, dan pengetahuan lokal masyarakat setempat. Wisatawan kemudian merasa perlu untuk menjadi konsumen sekaligus produsen, dan ini merupakan ciri pariwisata kreatif. Teori-teori di atas menunjukkan satu kesamaan bahwa tujuan berwisata itu sebenarnya adalah sebuah proses pengkayaan kehidupan manusia, sebuah proses pendewasaan yang tidak pernah akan ada habisnya. Hal yang sama lainnya adalah bahwa berwisata merupakan hakikat hidup dan menjadi hak serta kebutuhan dasar yang melekat dalam diri manusia, yang terbentuk ketika manusia menjadi sangat mandiri dan sadar akan kebutuhan intrinsiknya. Kalau berwisata adalah kebutuhan intrinsik manusia, lalpu apa yang memotivasi mereka untuk berwisata ? Pandangan pertama mengenai motivasi berwisata ialah sebuah keyakinan bahwa motivasi berwisata, sebagaimana kebutuhan dasar model Maslow, adalah bersifat berjenjang pula sebagaimana didukung oleh Richards. Bila Maslow melihat bahwa motivasi awal seseorang adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar memiliki kesehatan yang baik, memiliki rumah yang layak, dan sebagainya sampai dengan aktualisasi diri, maka Richards melihat bahwa motivasi utama berwisata adalah untuk memenuhi kebutuhan pariwisata diawali dengan keinginan untuk memiliki âsesuatuâ sebagai status simbol, seperti memiliki mobil dan TV berwarna. Pada tingkatan lebih lanjut, pariwisata akan memerlukan kebutuhan menjadi âbeingâ yang dalam konteks Maslow dapat disamakan dengan aktualisasi diri. Pada tahapan âbeingâ ini pariwisata bercirikan melihat dan melakukan sesuatu kemudia mengarah pada bentuk berwisata dimana wisatawan akan menjadi konsumen sekaligus produsen. Mill memang tidak menjelaskan apakah ia setuju dengan konsep penjenjangan kebutuhan dasar Model Maslow, walaupun ia memakainya sebagai dasar pijakan untuk memberikan hubungan antara kebutuhan dasar, motivasi dengan kepustakaan pariwisata yang terkait. Namun, hal yang menarik dari teori yang dibangunnya ini adalah adanya keterkaitan antara kebutuhan dasar, motivasi dengan kepustakaan pariwisata, dan ini akan sangat berguna bagi pengembangan suatu produk lain yang menarik dari pendapat Mill ini adalah bahwa ia menambahkan satu komponen pengamatan pada kebutuhan dasar manusia yang sudah ditulis oleh Maslow. Di samping unsur fisikal fisiologis, dan unsur psikologikal keselamatan, memiliki penghargaan, dan akualisasi diri sebagaimana disampaikan oleh Maslow, Mill juga menambahkan unsur intelektual mengerti serta memahami, dan estetika yang akan menampung tema-tema wisata secara khusus seperti wisata budaya, dan wisata kreatif. Sebagai catatan, tabel di atas juga tidak seharusnya dibaca secara apa adanya karena satu produk pariwisata dapat secara bersamaan memenuhi labih dari satu jenis kebutuhan dasar manusia. Misalnya, produk wisata alam akan mampu menjawab beberapa kebutuhan dasar sekaligus seperti fisiologis, keamanan, dan aktualisasi diri. Teori lain menjelaskan bahwa motivasi berwisata bersifat sangat alamiah dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Motivasi berwisata tidak harus tersusun secara sistematis dan berjenjang. Gray, misalnya menyebutkan bahwa motivasi berwisata yang pertama adalah pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi wanderlust. Suatu keinginan yang kuat untuk melakukan perjalanan atau eksplorasi ke âdunia baruâ untuk mendapatkan pengalaman pertama melihat budaya dan tempat yang baru. Motivasi yang kedua adalah pergi ke tempat-tempat yang menawarkan sesuatu yang unik, spesifik, yang tidak didapatkan di tempatnya berada sunlust. Suatu keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang berbeda dan lebih baik, atau untuk kebutuhan khusus hal-hal yang spesifik yang tidak dapat ditemui ditempatnya lokal. Berbagai bahasan di atas, menunjukkan masih sangat berpihaknya pandangan terhadap kebutuhan wisatawan. Motivasi hanya sering dilihat dari sisi wisatawannya dan bukan dari sisi tuan rumah. Kebijakan yang ada bahkan sering tidak menyentuh hal-hal terkait dengan kenyamanan penduduk lokal. Destinasi disiapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan yang terus berproses, dan komunitas hanya perlu mempersiapkan diri atas kebutuhan wisatawan, termasuk menyesuaikan diri dengan proses untuk selalu menghadirkan wisatawan. Pembangunan kemudian hanya bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dari pariwisata dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Pandangan ini menyebabkan komunitas menjadi sangat tergantung pada hadirnya wisatawan dan mereka tidak akan pernah mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri seperti pernyataan Howard Thurman bahwa âCommunity cannot for long feed on itself; it can only flourish with the coming of others from beyond, their unknown and undiscovered brothersâ. Bila ini yang terjadi, komunitas yang terbentuk akan menjadi komunitas yang tidak mandiri dan tidak kreatif. Mereka akan menjadi komunitas yang ringkih dan selalu tergantung pada kehadiran wisatawan, padahal wisatawan itu sendiri bersifat sangat labil dalam memilih tujuan kunjungan. Wisatawan bisa tidak datang lagi ke suatu destinasi karena beberapa hal. Karena mereka sudah terlalu sering ke sana, produk yang dihasilkan oleh destinasi yang bersangkutan tetap dan membosankan karena ada tawaran dari destinasi lain yang lebih menarik, atau karena hal lain seperti terjadinya bencana alam dan rentannya keamanan di destinasi yang biasa dikunjunginya. Bila ini terjadi, masyarakat lokal akan benar-benar menerima bencana besar dalam kehidupannya. Pandangan dari sisi wisatawan saja akan menyebabkan berbagai persoalan. Pertama, akan terjadi diskriminasi pada perlakuan terhadap penggunaan jas dan fasilitas publik. Jasa publik seharusnya dapat diberikan kepada siapa saja dengan tidak membedakan statusnya. Artinya, ketika penduduk lokal menggunakan sarana transportasi lokal atau hotel, maka ia harus mendapatkan perlakuan yang sama dengan wisatawan, bukan sebaliknya. Kedua, pembangunan pariwisata di destinasi akan menafikan tujuan untuk memberdayakan masyarakat. Pembangunan pariwisata yang hanya bertujuan untuk mendorong tumbuhnya industri sering mengabaikan kesempatan masyarakat lokal untuk terlibat di dalamnya. Standar-standar yang dibangun dalam industri pariwisata sering tidak diimbangi dengan kemauan untuk memberdayakan masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat tidak memiliki tempat dan kesempatan untuk terlibat dalam bisnis pariwisata ini. Ketiga, akan terjadi ekslusivitas spasial. Rencana tata ruang yang mengarahkan penggunaan ruang sebagai kawasan pariwisata dan non pariwisata sering menyebabkan terjadinya pemisahan sosial. Resort sering menjadi daerah yang sangat ekslusif dengan fasilitas yang berlimpah, termasuk ketersediaan air bersih, listrik dan sebagainya, namun di luar wilayah itu masih dimungkinkan terdapat bentuk kehidupan masyarakat yang berkekurangan. Pertanyaannya, mengapa justru tidak dikembangkan pandangan-pandangan lain dari sisi tuan rumahnya ? menyangkut motivasi tuan rumahnya ? pandangan terhadap kepentingan masyarakat di destinasi yang bersangkutan menjadi sangat penting karena bukanlah tujuan akhir pembangunan pariwisata justru untuk kesejahteraan masyarakat ? dan bukankah masyarakat juga memiliki keinginan dan kebutuhan yang sama dengan wisatawan dan kehidupannya ? bukankah masyarakat juga memerlukan dan memiliki hak untuk dapat dihargai sebagai salah satu kebutuhan hidupnya ? mengapa pula tidak dikembangkan pemikiran bahwa masyarakat yang mempengaruhi wisatawan dan bukan hanya sebaliknya ? atau agar mereka dapat saling mempengaruhi dalam bentuk simbiosis mutualisme yang lebih adil ? Sayangnya, berbeda dengan tulisan mengenai motivasi wisatawan, tulisan mengenai motivasi masyarakat dalam menerima kunjungan wisatawan masih sangat erbatas, kalau tidak mau disebutkan belum ada, karena sulitnya mencari referensi mengenai ini. Studi yang banyak ditemui adalah lebih pada dampak kunjungan wisatawan terhadap masyarakat lokal, baik dampak sosial maupun ekonomi, termasuk perubahan perilaku masyarakat lokal sebagai akibat kunjungan wisatawan. Perubahan perilaku kelompok masyarakat seharusnya menjadi bagian penting pula dalam upaya pengembangan pariwisata.
Related PapersABSTRACK This article tries to realize a solution how to make use of geology for eco-tourism and economic activities at the site management level. The paradigm in the management of geowisata is how the management of tourism is able to optimize the potential of nature geology to be added value for the economic welfare of local communities, as well as able to minimize the potential of natural damage. Therefore, this article attempts to recommend a geotourism management model. The management of geo-tourism is in five main focuses, including formulating the natural potential that can be used for geotourism activities, formulating criteria of geo-tourism destinations, geo-tourism management, formulating activities in geo-tourism activities, and finally on indicators of success or from geo-tourism output. ABSTRAK Artikel ini mencoba mewujudkan sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi beserta berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata dan ekonomi yang berwawasan lingkungan pada tingkatan manajemen tapak. Paradigma dalam pengelolaan geowisata adalah bagaimana pengelolaan pariwisata mampu mengoptimalkan potensi alam geologi menjadi bernilai tambah bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin potensi kerusakan alam. Oleh karena itu, artikel ini mencoba merekomendasikan model pengelolaan geowisata. Pengeloaan geowisata berada dalam lima fokus utama, yaitu merumuskan potensi alam yang dapat digunakan untuk kegiatan geowisata, merumuskan kriteria-kriteria destinasi geowisata, manajemen geowisata, merumuskan aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai indikator keberhasilan atau dari output geowisata. Kata kunci Geowisata, pariwisata alam, geologi pariwisataPariwisata merupakan indutri yang berkembang sangat dinamis di Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata perlu diiringi dengan perkembangan ilmu dan hasil riset yang up to date. Jurnal Media Wisata selalu berupaya menghadirkan informasi-informasi baru berupa hasil riset para pakar bidang kepariwisataan. Pada edisi 16 kali ini, Jurnal Media Wisata menyajikan 10 artikel baru. Pertama artikel yang membahas tentang pergeseran strategi promosi dari media offline ke media online terbukti berdampak pada peningkatan jumlah pengunjung desa wisata. Artikel kedua tentang pengaruh daya tarik wisata alam terhadap kepuasan wisatwan. Artikel ketiga tersaji dalam bahasa inggri dengan judul âThe pedicab is an icon of Yogyakarta, especially in Malioboro.â Artikel keempat membahas tentang birdwatching sebagai salah satu daya tarik wisata. Artikel kelima membahas tentang kurangnya sosialisasi dan komunikasi kepada masyarakat mengenai tujuan jangka panjang pengembangan wisata sebagai faktor dominan rendahnya partisipasi masyarakat. Artikel ke enam mengenai pengaruh substitusi tepung kedelai terhadap kualitas biskuit. Artikel ke tujuh mengenai pengaruh tampilan dan konten terhadap efektivitas promosi melalui website. Artikel ke delapan membahas mengenai penerapan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP pada pengolahan makanan. Artikel sembilan tentang makna simbolik tokoh wayang semar dalam kepemimpinan jawa. Terakhir, artikel ke sepuluh membahas tentang potensi batik sebagai daya tarik desa wisata Redaksi Hary HermawanPerkembangan teknologi menyebabkan perkembangan pola pikir masyarakat, termasuk dalam hal berwisata. Teknologi yang maju dapat mempengaruhi preferensi wisatawan dalam memilih berbagai hal. Oleh karena itu diperlukan penelitian berkenlanjutan untuk mengetahui tren preferensi wisatawan yang terbaru. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik dan preferensi wisatawan yang mengunjungi destinasi prioritas Labuan Bajo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data primer yang digunakan didapat dari survei terhadap wisatawan menggunakan kuesioner serta dengan melakukan observasi lapangan. Jumlah responden sebanyak 240 orang, 175 wisatawan mancanegara dan 65 wisatawan nusantara, serta menggunakan pesawat terbang saat meninggalkan Labuan Bajo. Data yang didapat dianalisis dengan analisis tabulasi silang dengan alat analisis software SPSS 23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atraksi serta aktivitas wisata favorit responden wisatawan mancanegara dan nusantara tidak didominasi Pulau Komodo dan melihat Komodo, melainkan didominasi kelompok Pulau Padar, dan spot diving di Laut Taman Nasional Komodo dengan aktivitas wisata favorit diving/snorkeling dan hiking/trekking. Kata kunci Karakteristik Wisatawan, Preferensi Wisatawan, Tabulasi Silang, Labuan BajoAbstract Sawarna Beach is located in Bayah District, Lebak Regency, Banten Province, 50 Kms to the west of Pelabuhan Ratu Harbour. This tourist destination is one of a model for community-based tourism at small village. Local community ran tourism business since 2007 and supported by beauty natural tourist attraction for surfer, hospitality of local services and nice tourist facilities. Numbers of visitors increses year by year. This research purposes to find out the model of community-based tourism and how they manage information as a part of participation. The research use descriptive quantitative and explorative methode. The use field observation, interviews and questionnaire to have the data. The result of the research of this local participation in tourism is 3,98. This means the degree of local community in participating in tourism is agree. Keywords community-based tourism, local participation, tourism services, beach resortAbstrack The research is aimed to study more about the extent to which locality-based safety design can increase the satisfaction of tourists to the tourist attraction in Ancient Volcano Nglanggeran Tourism Village, Pathuk Sub-District, Gunungkidul Regency, Yogyakarta Special Region. Quantitative research methods using linear regression analysis were chosen to analyze the role of locality-based safety design allegedly to moderate the influence of tourist attraction on the satisfaction of tourists. The results showed that safety design based on locality proved unable to moderate the performance of tourist attraction in influencing the satisfaction of tourists. The recommendation of the research result is the implementation of safety with the design that has been proven effective in ensuring the safety of ini bertujuan untuk menganalisis estimasi nilai Willingness To Pay WTP pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang bersedia dibayarkan untuk paket wisata yang ditawarkan di Umbul Ponggok, serta besarnya nilai WTP yang dibayarkan pengunjung. Penelitian ini menggunakan 100 responden pengunjung Umbul Ponggok. Penelitian ini menggunakan dua model persamaan dimana model pertama menggunakan Kesediaan Membayar sebagai variabel dependennya dan model kedua menggunakan WTP sebagai variabel dependennya. Variabel independen model pertama dan kedua yaitu Lama Kunjungan, Jenis Kelamin, Biaya Perjalanan, Umur, Pendapatan, dan Kesediaan Membayar. Hasil observasi diuji dengan model regresi ordinary least square. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 64 responden dari 100 yang menyatakan bersedia membayar dengan nilai rata-rata WTP responden untuk paket wisata di Umbul Ponggok sebesar Rp Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap Kesediaan Membayar adalah Biaya Perjalanan dan Jenis Kelamin. Sedangkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai WTP adalah Pendapatan dan Biaya Perjalanan.
JAKARTA, - Penelitian terbaru yang dilakukan situs pemesanan akomodasi menemukan keterkaitan antara wisata dan status kewarganegaraan. Ternyata kewarganegaraan memengaruhi gaya berwisata seseorang.âBagi sebagian besar traveler, motivasi utama traveling adalah untuk bersantai. Jadi, tidak mengejutkan jika 90 persen traveler warga Indonesia menyatakan bahwa meluangkan waktu untuk bersantai adalah motivasi penting untuk traveling,â dikutip dari siaran pers yang diterima KompasTravel, Rabu 30/1/2019. Selain meluangkan waktu untuk bersantai, motivasi wisata lain orang Indonesia adalah menghabiskan waktu bersama keluarga, menemukan sensasi dan pengalaman yang tidak bisa dimiliki di rumah, serta yang unik adalah untuk pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi juga Tahun Ini Biaya Traveling Diprediksi Lebih MahalMotivasi berwisata untuk pembuktian status sosial ini ditemukan di 75 persen wisatawan Indonesia, 75 persen wisatawan India, dan 80 persen wisatawan Filipina. Selanjutnya saat menentukan destinasi wisata, orang Indonesia cenderung mempertimbangkan lima hal yaitu kebersihan, keindahan alam yang luar biasa, keamanan pribadi, kuliner setempat yang lezat, dan orang-orang lokal yang menarik dan ramah. Terakhir ada 10 destinasi favorit orang Indonesia untuk berwisata. Dimulai dari dalam negeri yakni di Indonesia sendiri, kemudian ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, dilanjutkan ke negara lain seperti Makau, Hongkong, Jepang, China, Maladewa, Nepal, dan Myanmar. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Materi Kepariwisataan BAB 2 Motivasi Tujuan Perjalanan, Karakteristik Wisatawan, Dan Pola Pengeluaran WisatawanBidang Keahlian PariwisataProgram Keahlian Perhotelan dan Jasa PariwisataKompetensi Keahlian Perhotelan Memahami motivasi tujuan perjalanan, karateristik wisatawan dan pola pengeluaran wisatawan berdasarkan usia, jenis kelamin dan status keluarga saat perjalanan wisata Mengklasifikasi motivasi tujuan perjalanan, karateristik wisatawan dan pola pengeluaran wisatawan berdasarkan usia, jenis kelamin dan status keluarga saat perjalanan wisata Tujuan PembelajaranMengidentifikasi motivasi tujuan perjalananA. Pengertian dan Macam-macam Motivasi Perjalanan WisataMotivasi perjalanan wisata adalah hal-hal atau faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Faktor pendorong yang menyebabkan orang ingin berwisata adalah sebagai Motivasi dasar, seperti rasa ingin tahu, rekreasi, pendidikan, dan Motivasi berlibur, seperti berjemur, berolahraga, dan mengetahui hal-hal Motivasi lain, seperti kebudayaan, kebutuhan fisik, dan mengenal bangsa motivasi tersebut, beberapa alasan melakukan wisata dari perspektif umum lainnya adalah sebagai Pengakuan sosial dan Relaksasi dan Menikmati fasilitas yang belum ada di kota/negara tempat Menikmati makanan khas/ Berbelanja sesuatu yang Menyatukan diri dengan keindahan Melakukan ziarah Mengagumi hasil dan teknik Menyaksikan pertunjukan budaya Melihat langsung dan merasakan kehidupan masyarakat dan Menyaksikan peninggalan sejarah dan benda-benda wisata yang dilakukan biasanya didasarkan atas motivasi yang bervariasi. Motivasi seseorang dan orang lainnya dalam melakukan perjalanan wisata belum tentu sama. Berikut ini adalah beberapa pakar/organisasi pariwisata, baik dalam negeri maupun luar negeri yang memberikan berbagai macam motivasi perjalanan Oka Addis Voetia. Alasan pendidikan dan kebudayaan⢠Ingin melihat cara kerja dan cara hidup the way of life rakyat dl negara lain.⢠Ingin melihat kemajuan-kemajuan yang telah dicapai negara lain.⢠Ingin menyaksikan tempat-tempat bersejarah, peninggalan-peninggalan kuno monumen-monumen, kesenian rakyat, Industri kerajinan, festival, events, keindahan alam, dan sebagainya.⢠Mendapatkan rasa saling pengertian dan ide-ide baru ataupun penemuan-penemuan dalam suatu festival kebudayaan dan Alasan santai, kesenangan, dan petualangan⢠Menghindarkan diri dari kesibukan sehari-sehari.⢠Melihat daerah-daerah baru, masyarakat asing, dan untuk mendapatkan pengalaman.⢠Mendapatkan atau menggunakan kesempatan yang ada untuk memperoleh kegembiraan.⢠Merasakan suasana yang romantis dan Alasan kesehatan, olahraga, dan rekreasi⢠Beristirahat dan mengembalikan kekuatan setelah bekerja keras dan menghilangkan ketegangan pikiran.⢠Melatih diri dan ikut dalam pertandingan olahraga tertentu, seperti Olimpiade, Asian Games, dan sebagainya.⢠Menyembuhkan diri dari suatu penyakit tertentu.⢠Melakukan rekreasi untuk menghabiskan masa liburan .d. Alasan keluarga, negeri asal, dan tempat bermukim⢠Mengunjungi tempat kita berasal atau dilahirkan.⢠Mengunjungi tempat kita pernah tinggal atau berdiam pada masa lalu.⢠Mengunjungi famili dan kawan-kawan.⢠Menghadiri pertemuan dengan keluarga atau kawankawan dalam rangka Alasan bisnis, sosial, politik, dan konferensi⢠Menyaksikan suatu pameran, kamar dagang, karya wisata, dan lain-lain atau meninjau suatu proyek dan lain-lain.⢠Menghadiri konferensi, seminar, simposium, dan pertemuan ilmiah lainnya.⢠Mengikuti perjanjian kerja sama, pertemuan politik, dan undangan negara lain yang berhubungan dengan kenegaraan.⢠Ikut dalam suatu kegiatan Alasan persaingan dan hadiah⢠Memperlihatkan kepada orang lain bahwa yang bersangkutan Juga mampu melakukan perjalanan jauh.⢠Memenuhi keinginan agar dapat bercerita tentang negara lain pada kesempatan-kesempatan tertentu.⢠Agar tidak dikatakan orang "ketingga~an zaman. .⢠Menghargai perjalanan wlsata sebagai hadiah pembenan orang lain.⢠Menghargai perJalanan wisata sebaga hadiah yang diperoleh karena memenangkan John K. Thomasa. Melihat cara hidup, bekerja, dan bermain penduduk di negara lain to seehow people in other countfleS live, work, and play.b. Melihat pemandangan-pemandangan istimewa to seeparricular sights.c. Memperoleh pengertian/pengetahuan yang lebih baik mengenai sesuatu yang diberitakan cHmedia massa/berita to gain a better understanding/knowledge of what goes on In the news.d. Menghadiri perayaan-perayaan khusus to attend special events.e. Menjauhkan diri dari kegiatan rutin sehari-hari to get away from the everyday routine.f. Memperoleh waktu istirahat yang cukup to obtain a sufficient time to rest.g. Mencapai pengalaman romantis to achieve some sort of romantic experience.h. Mengunjungi tempat asal-usul keluarga to visit a family origins.i. Mengunjungi tempat tinggal keluarqa atau ternan to visit a place where family and friends live.j. lklim, misalnya menghindari musim dingin atau muslm panas weather, for instance, to avoid winter or summer.k. Kesehatan health.I. Olahraga sport.m. Ekonomi economy.n. Petualangan adventure.o. Gengsi/prestise one-up manship.p. Mengikuti arus atau mode conformity q. Mengikuti sejarah to participate in history.r. Motif soslologis sosiological motives.3. Chris Ryana. Kebutuhan fisik/jasmani physiological needs.b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan security and safety needs.c. Kebutuhan kelangsungan hidup survival needs.d. Kebutuhan pembentukan dlri self actualization needs.e. Kebutuhan rnengembangkan kemampuan diri the need to develop one's own potential.f. Kebutuhan untuk menikmati keindahan the need for aesthetic stimulation.g. Kebutuhan menciptakan karakter atau kepribadian sendiri the need to create a character or personality of its own. h. Kebutuhan untuk menukar dan membedakan pandangan baru dan pengalaman baru the need for exchange, distinguish new outlook and new experience.4. Mcintosha. Motivasi fisik physical motivations, yakni motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan fisik, seperti olahraga, santai, kesehatan, istirahat, dan Motivasi budaya cultural motivations, yakni motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk mengetahui daerah atau negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya, bangunannya, musik dan tariannya, dan Motivasi interpersonal interpersonal motivations, yakni motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan sanak keluarga, teman, atau tetangga, berkenalan dan berjumpa dengan orang-orang tertentu, atau sekadar melihat tokoh-tokoh terkenal, penyanyi, bintang film, dan Motivasi status dan prestise status and prestige motivations, yakni motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk meningkatkan gengsi dan derajat hidup di mata orang lain dengan melakukan suatu perjalanan yang tidak semua orang dapat PATA Pacific Association of Travel Agenta. Keramahtamahan penduduk warm and friendly people.b. Penginapan yang menyenangkan comfortable accomodation.c. Keindahan pemandangan alam beautiful natural scenery.d. Harga yang memuaskan reasonable prices.e. Adat istiadat dan pandangan hidup yang menarik an attractive custome and way of life.f. Cuaca yang baik good climate.g. Keindahan kreasi manusia beautiful creation of man.h. Makanan yang menarik outstanding food . yang baik/menarik good shopping.j. Linqkunqan yang asing/aneh exotic environmentk. Ikatan sejarah atau keluarga historical or family tiesl. Aktivitas kreasi yang luar biasa exceptional recreational activitiesUntuk mendapatkan Materi kepariwisataan Bab 2 Motivasi Tujuan Perjalanan, Karakteristik Wisatawan, Dan Pola Pengeluaran Wisatawan bagian A Pengertian dan Macam-Macam Motivasi Perjalanan Wisata silahkan unduh filenya di bawah iniJika para rekan guru berminat untuk mendapatkan perangkat pembelajaran lengkap mata pelajaran Kepariwisataan Kelas X SMK Bidang Keahlian Pariwisata Program Keahlian Perhotelan dan Jasa Pariwisata Kompetensi Keahlian Perhotelan silahkan klik DISINI.
jelaskan pengertian motivasi perjalanan wisata